Naiknya popularitas Pulau Tidung sebagai
salah satu tujuan wisata menarik wisatawan yang berkunjung ke tempat ini
semakin banyak. Hal ini pun berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di
Pulau Tidung. Seiring berkembangnya wisata bahari di Pulau Tidung, maka
meningkat pula kesejahteraan masyarakat Pulau Tidung.
Namun tidak semua wisatawan yang berkunjung mampu menjaga kelestarian alam Pulau Tidung.
Sampah banyak yang menumpuk di sudut pulau. Kebanyakan sampah
berupa batok kelapa ataupun bungkus bekas makanan.Sampah
yang menumpuk tersebut sebagian besar berasal dari pengunjung yang tidak
mengindahkan papan peringatan larangan membuang sampah. Karena, ketika
melewati lokasi tersebut, beberapa pengunjung seenaknya membuang sampah bekas botol minuman ke tempat tersebut.
SAMPAH adalah salah satu masalah yang belum terselesaikan di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu. Sampah yang tidak hanya berasal dari sampah rumah tangga ini terus mengotori Pulau Tidung yang indah.
Sampah-sampah di Pulau Tidung ada pula yang berasal dari 13 muara yang ada di sekitar pulau ini. Hal ini yang menarik perhatian dan inisiatif dari Komunitas Kaki Gatel untuk kembali mengadakan acara Gabung Mulung Tidung (GMT).
Sepanjang tepi pantai menuju Jembatan Cinta, banyak sampah plastik yang terdampar sehingga agak merusak keindahan panorama Pantai Tidung Timur.
Petugas yang ada di Pulau Tidung terbatas. Selain itu, tidak ada sub dinas kebersihan, jadi memang cukup sulit untuk mengelola sampah di Pulau Tidung.
Namun pada GMT 3 telah dibuat bank sampah sehingga warga bisa mengumpulkan sampah, kemudian dipilah. Jadi, ada sampah yang dapat dibeli oleh regu yang telah dikoordinir Kaki Gatel. Nanti uang hasil penjualan sampah itu bissa ditabung dan bisa diambil saat dibutuhkan.
0 komentar:
Posting Komentar